Rabu, 13 September 2017

Makalah Aliran Essensialisme



BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Dalam filsafat terdapat berbagai aliran, seperti aliran Essensialisme. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat memiliki berbagai macam aliran, maka dalam filsafat pendidikan akan kita temukan juga berbagai macam aliran. Adapun aliran essensialisme dalam filsafat pendidikan akan dibahas pada makalah ini.
Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme sangat menekankan pada pendidikan dimasa lalu dan cenderung tidak mendukung dengan pola pendidikan masa kini atau yang sering disebut sebagai modernisasi pendidikan. Bagi esensialisme pola-pola pendidikan masa lalu lebih memberikan banyak kemutakhiran pola berpikir yang ada dalam diri siswa. Modernisasi dianggap sebagai zaman yang hanya menambahkan banyak nilai-nilai baru yang kalah dengan nilai-nilai lama dalam hal menghasilkan siswa yang berkompeten, sehingga nilai-nilai lamalah yang mempunyai peranan penting jika dilihat dari kacamata esensialisme.
Essensialisme muncul pada zaman Renaissance, dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut essensialisme. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama di zaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance itu merupakan reaksi terhadap tradisi dan sebagai puncak timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu terletak dalam ajaran para ahli filsafat, ahli-ahli pengetahuan yang telah mewariskan kepada umat manusia segala macam ilmu pengetahuan yang telah mampu menembus lipatan kurun dan waktu dan yang telah banyak menimbulkan kreasi-kreasi bermanfaat sepanjang sejarah umat manusia. Essensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan, maka disusunlah konsep yang menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan zaman.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa latar belakang munculnya aliran filsafat essensialisme?
2.      Bagaimana peranan aliran filsafat essensialisme dalam pendidikan?
3.      Apa fungsi aliran filsafat essensialisme dalam pendidikan?
4.      Bagaimana pengaruh  aliran filsafat essensialisme dalam pendidikan?


C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui latar belakang munculnya aliran filsafat esensialisme.
2.    Untuk mengetahui peranan aliran filsafat esensialisme.
3.    Untuk mengetahui fungsi aliran filsafat essensialisme terhadap pendidikan.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Essensialisme 
Secara etimologi essensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu) dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa essensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Aliran ini menginginkan munculnya kembali kejaaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan atau disebut the dark middle age (zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu pengeetahuan, kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma gerejani). Zaman renaissance timbul ingin menggantikannya dengan kebebasan dalam berpikir.
Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak peradaban umat manusia. Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung Essensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaissance. Menurut essensialisme pendidikan harus bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji ketangguhannya, dan kekuatannya sepanjang masa sehingga nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya atau sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun.


B.     Sejarah Munculnya Aliran Essensialisme
Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel. Pada tahun 1983 mereka membentuk suatu lembaga yang di sebut "The esensialist commite for the advanced of American Education" Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada "teacher college" Columbia University, ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda. Kesalahan dari kebudayaan sekarang menurut essensialisme yaitu terletak pada kecenderungan bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak diingini kita sekarang, hanya dapat di atasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, yaitu kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh optimis terhadap masa depan kita dan masa depan kebudayaan umat manusia. Esensialisme didukung oleh idelisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada, dan juga didukung oleh Realisme yang berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung ada apa dan bagaimana keadaannya apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pola pada subjek tersebut.

C.     Peranan dan Fungsi Aliran Essensialisme
Karena prinsip utama dan watak dari essensialisme ialah semangat ingin kembali kepada warisan kebudayaan masa silam yang agung dan ideal. Maka pendidikan baginya ialah sebagai pemeliharaan kebudayaan yang ada. Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga dan praktek-praktek kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaan, harus diusahakan melalui pendidikan.
Secara sadar essensialisme memelihara kebudayaan warisan secara bijaksana dan dengan efektif melalui dua cara:
1.      Percaya pada praktek-praktek, kebiasaan-kebiasaan, dan lembaga-lembaga yang telah terbina dan terpuji.
2.      Mengembangkan kesadaran atas dalil-dalil, kebenaran-kebenaran, hukum-hukum, dan asas yang ada di bawah praktek, kebiasaan dan lembaga-lembaga yang telah ada dan terbina.



D.    Tokoh-Tokoh Aliran Essensialisme

1.      Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)
Georg Wilhelm Friedrich Hegel Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak.

2.       George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (memilih, melaksanakan).

3.      Johan Frieddrich Herbart (1776-1841)
Johan Frieddrich Herbart mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut pengajaran.

4.      William T. Harris (1835-1909)
Menurut William tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke kesatuan spiritual sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turun temurun dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Aliran filsafat Essensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah, kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil. Dasar dari aliran ini adalah pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, selain itu juga diwarnai oleh pandangan konsep-konsep idealisme dan realisme.
                  Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan.  Pandangan esensialisme dalam pendidikan meliputi, pandangan esensialisme mengenai belajar, kurikulum, peranan sekolah, penilaian kebudayaan, teori pendidikan dan prinsip sekolah esensialisme yang semuanya saling berkaitan.





DAFTAR PUSTAKA


Burhanuddin, Salam. (1988). Pengantar Filsafat. Jakarta: Yayasan Kanisius




Selasa, 12 September 2017

Unsur-unsur Pengembangan Kurikulum



A.    Unsur-unsur Pengembangan Kurikulum

Sistem kurikulum terbentuk oleh empat unsur/komponen yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Berikut penjelasan komponen-komponen kurikulum.

1.      Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
a.       Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan pendidikan nasional bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b.      Tujuan Institusional
Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi.
c.       Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan intitusional.
  
d.      Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan bagian dari tujuan kurikuler, yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.

2.      Komponen Isi/Materi Pelajaran
Isi kurikulum menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa.

3.      Komponen Metode/Strategi
Komponen ini berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.  Dalam satu strategi pembelajaran  digunkanan beberapa metode.

4.      Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana yang perlu disempurnakan.


B.     Jenis-jenis Evaluasi dan Penilaian dalam Pengembangan Kurikulum

1.      Evaluasi Perencanaan dan Pengembangan
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran utamanya adalah memberikan tahap awal dalam penyusunan kurikulum. Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi kurikulum serta keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum kurikulum disusun dan dikembangkan.

2.      Evaluasi Monitoring
Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai sasaran secara efektif dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya.

3.      Evaluasi Dampak
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan kurikulum.

4.      Evaluasi Efisiensi-Ekonomis
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk itu diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

5.      Evaluasi Program Komprehensif
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak serta tingkat keefektifan dan efisiensi.